Budaya Sensor Mandiri dan Hate Speech
Di era modern seperti ini, teknologi informasi semakin
berkembang dengan sangat pesatnya. Era demi era teknologi informasi tentunya
mengalami evolusi yang sangat menguntungkan bagi kita. Social Media, e-Mail, maupun ponsel pintar yang ada dalam genggaman
kita masing-masing. Namun, berkembangnya teknologi informasi saat ini bagaikan
dua bilah pisau. Dimana di situ ada sisi yang dapat melukai diri kita dan juga
tidak melukai kita.
Siapapun
dapat menggunakan teknologi informasi untuk mendapatkan informasi yang sesuai
dengan kebutuhan masing-masing. Tak terkecuali itu anak yang masih di bawah
umur, remaja, maupun dewasa. Mereka akan mengakses berita apapun itu agar tidak
di sebutkan sebagai kaum kudet ( kurang update ).
Salah
satu contoh yang dapat kita ambil dari teknologi informasi yang dapat kita jumpai
dimana saja yaitu, social media. Apa itu media social sebenarnya?
“Media sosial adalah sebuah media online,
dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan
menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual.
Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum
digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.”
Di
media sosial, masyarakat dapat dengan bebas melakukan apapun dalam sebuah
ketikan dari ponsel pintar mereka maupun computer yang mereka miliki. Misalnya
saja di Instagram, masyarakat dapat meng-upload
foto mereka teseputar kegiatan yang sedang mereka lakukan sekarang ataupun
tempo hari. Di Facebook, masyarakat dapat meng-update apa yang ada di pikiran mereka di kolom status. Sama seperti
Facebook, di Twitter masyakarat dapat meng-update
status di kolom tweet mereka yang hanya di batasi dengan 140 karakter saja.
Namun,
dari semua itu perlu kita ketahui bahwa tidak menutup kemungkinan hanya
kesenangan yang dapat kita rasakan dalam berselancar di dunia maya. Misalnya,
karena kesalahan kecil kita bias saja dapat mengundang hate speech.
Apa itu hate speech?
Hate yang berarti benci dan speech
yang berarti ucapan. Bisa kita simpulkan bahwa hate speech adalah ucapan
kebencian. Hate speech bisa dalam penghinaan dalam berbagai aspek, yaitu:
1.
Agama
2.
Ras
3.
Warna kulit
4.
Ketidaksempurnaan fidik
5.
Orientasi seksual
Hate speech dapat terjadi di sekitar pergaulan kita dalam
dunia nyata. Bagaimana dengan dunia maya? Itu pun tidak menutup kemungkinan juga
jika hate speech dapat terjadi dunia maya yang dapat terbilang cukup bebas atau
bisa saja sangat bebas. Apalagi kita hanya berkomunikasi melewati tulisan yang
kita ketik dalam keyboard kita,
Kasus hate speech banyak sekali
terjadi di dunia maya. Rata-rata pelaku hate speech adalah remaja. Mengapa hal
demikian dapat terjadi? Hal ini dapat terjadi karena minimnya pengawasan dari
orang tua. Remaja bisa di katakan dalam masa-masa labilnya. Peran orang tua dalam pengawasan pada anak-anak mereka
sangat mempengaruhi akan sikapnya. Selain itu, acara-acara dan film yang remaja
tonton sangat berpengaruh bagi mereka juga. Peran Lemba Sensor Film tentu
sangat berperan sekali dalam menyortir acara-acara yang dapat merusak sikap remaja akibat acara-acara yang
sama sekali tidak layak untuk di tonton bagi usia remaja.
Beberapa yang sudah saya sampaikan
lewat tulisan di atas hanya singkat saja. Hate speech tidak memandang umur
korbannya. Untuk itu kita berusaha untuk tidak menjadi korban hate speech atau
lebih parahnya lagi menjadi pelaku dari hate speech. Berikut beberapa tips yang
dapat saya beri untuk menghindari hate speech:
1.
Jangan mudah mengumbar amarah dan benci kepada
orang di media social
2.
Jangan terlalu menyebar tulisan yang menyebar
kebencian
3.
Jangan mudah mengumpat di media social
4.
Jangan terbiasa untuk berkata kasar atau
mengumpat meskipun hanya bercanda
Inilah yang dapat saya sampaikan,
semoga bermanfaat bagi para pembaca blog saya. Selamat ulang tahun yang ke-100 untuk Lembaga Sensor Mandiri. Marilah kita senantiasa budayakan sensor mandiri!
1 comments
mei g niat ngeblog nih.......
ReplyDelete